Sejumlah saham perusahaan penambangan kripto dan aset digital lainnya mengalami tekanan jual tajam pada 28 Mei 2025, setelah Federal Reserve menerbitkan risalah rapat terbarunya yang mengungkap potensi “kompromi sulit” dalam kebijakan ekonomi. Pasar menanggapi pernyataan tersebut sebagai sinyal bahwa lembaga keuangan tertinggi di Amerika Serikat masih bersikap waspada terhadap inflasi dan belum siap menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Risalah FOMC: Sinyal Arah Kebijakan yang Tidak Pasti
Dalam risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang berlangsung pada 6–7 Mei dan dirilis pada 28 Mei, disebutkan bahwa para pembuat kebijakan menghadapi kemungkinan “kompromi sulit” apabila inflasi tetap tinggi sementara pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melemah.
Risalah tersebut menyiratkan bahwa The Fed mungkin akan menahan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, suatu skenario yang umumnya dipandang negatif bagi aset berisiko seperti saham teknologi dan mata uang kripto. Pasar menafsirkan bahwa Federal Reserve belum memiliki keyakinan yang cukup untuk memulai siklus pelonggaran moneter.
Keputusan dalam rapat tersebut mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25%–5,50%, dan menekankan bahwa prospek ekonomi masih sangat bergantung pada data-data selanjutnya.
Saham Perusahaan Kripto Terkoreksi Signifikan
Risalah FOMC berdampak langsung terhadap saham-saham perusahaan yang beroperasi di sektor penambangan dan layanan kripto. Beberapa perusahaan yang mencatat koreksi signifikan antara lain:
- Riot Platforms (RIOT): Turun 8,32%
- CleanSpark (CLSK): Turun 7,61%
- Marathon Digital Holdings (MARA): Anjlok 9,61%, meski kemudian sempat rebound 2,56% dalam perdagangan setelah jam bursa.
Selain perusahaan penambangan, bursa kripto Coinbase (COIN) juga mencatat penurunan 4,55% dalam sesi perdagangan hari itu. Perusahaan MicroStrategy (MSTR), yang terkenal karena strategi investasinya yang sangat pro-Bitcoin, melanjutkan tren negatif dengan penurunan 2,14%. MicroStrategy sebelumnya telah digugat dalam gugatan class-action atas dugaan informasi menyesatkan mengenai risiko investasi dalam Bitcoin.
Indeks saham utama AS, S&P 500, turut tertekan dan ditutup melemah sebesar 0,56%.
Pasar Kripto Relatif Stabil, Sentimen Investor Positif
Meskipun saham-saham perusahaan terkait kripto mengalami tekanan, harga Bitcoin hanya terkoreksi ringan sebesar 0,90% dan diperdagangkan pada level $107.942 saat berita ini ditulis. Selama tujuh hari terakhir, Bitcoin turun sekitar 2,06%.
Menariknya, Crypto Fear & Greed Index justru naik tiga poin menjadi 74, masuk dalam zona “Greed” atau keserakahan. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar investor ritel masih percaya diri terhadap prospek jangka menengah aset digital, meskipun pasar ekuitas menampilkan gejala volatilitas.
Ketegangan Politik: Trump vs Federal Reserve
Situasi pasar yang bergejolak terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Presiden Donald Trump dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell. Dalam pernyataannya pada 17 April, Presiden Trump menyebut Powell “lamban” dalam merespons kondisi ekonomi, dan secara terbuka mengkritik keterlambatan penurunan suku bunga. Trump bahkan menyebut, “penggantian Powell tidak bisa datang cukup cepat,” menambah tekanan politik terhadap bank sentral AS.
Kritik tersebut dianggap sebagai bentuk intervensi yang tidak biasa, mengingat independensi Federal Reserve secara historis dijaga oleh presiden-presiden sebelumnya.
Keputusan Suku Bunga Selanjutnya Ditunggu Pasar
Rapat kebijakan berikutnya dijadwalkan akan berlangsung pada 18 Juni 2025. Berdasarkan proyeksi alat pemantau CME FedWatch, sebesar 97,8% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga tanpa perubahan, menandakan bahwa ekspektasi pelonggaran moneter masih sangat rendah untuk saat ini.
Penurunan saham perusahaan penambangan kripto menjadi indikator bahwa sektor ini masih sangat rentan terhadap dinamika makroekonomi, khususnya kebijakan suku bunga dan inflasi. Sementara pasar kripto menunjukkan ketahanan relatif, investor disarankan untuk mencermati perkembangan kebijakan moneter dan tekanan politik yang berpotensi memengaruhi volatilitas dalam beberapa pekan ke depan.