Bitcoin (BTC) baru saja menutup kuartal pertama 2025 dengan kinerja yang mengecewakan. Mata uang kripto terbesar di dunia ini tercatat mengalami penurunan sebesar 11,7% selama tiga bulan pertama tahun ini—mencatat kuartal pertama terburuk sejak tahun 2015, menurut data dari NYDIG Research.
Penurunan tajam ini menempatkan kinerja kuartal I tahun ini di peringkat ke-12 dari total 15 kuartal pertama Bitcoin sejak diluncurkan. Situasi ini memicu pertanyaan besar di kalangan investor dan analis: Apakah pasar kripto saat ini sedang berada di awal, tengah, atau akhir dari siklus bullish-nya?
Tanda-Tanda Tidak Konsisten, Seperti 2018 atau 2020?
Penurunan kuartalan Bitcoin kali ini terjadi di tengah kombinasi faktor—mulai dari kebijakan ekonomi global yang tidak menentu, aksi ambil untung (profit taking), hingga reaksi pasar terhadap kebijakan baru Presiden AS Donald Trump yang sarat kontroversi, khususnya dalam hal tarif perdagangan.
Untuk konteks, pada kuartal pertama tahun 2020, BTC juga mengalami penurunan 9,4% akibat kekhawatiran pandemi COVID-19. Namun tahun itu ditutup dengan lonjakan harga lebih dari 300%. Sebaliknya, dalam siklus 2014, 2018, dan 2022—penurunan awal tahun justru menandai awal dari pasar bearish yang lebih panjang.
Kali ini, situasinya jauh lebih kompleks. Setelah Trump menang dalam pemilu November 2024 dengan kampanye pro-kripto, sektor aset digital mendapatkan angin segar dari sisi regulasi. Beberapa tuntutan hukum dari SEC bahkan ditarik. Namun, euforia tersebut belum cukup untuk menahan tekanan yang datang dari pengumuman tarif besar-besaran yang ditujukan ke hampir seluruh negara mitra dagang AS.
Dampaknya terasa nyata: pasar saham AS anjlok, menghapus nilai lebih dari USD 5,4 triliun hanya dalam dua hari, dengan S&P 500 menyentuh titik terendah dalam 11 bulan dan Nasdaq 100 resmi masuk ke wilayah pasar bearish.
Ke Mana Arah Bitcoin Selanjutnya?
Meskipun bitcoin berhasil bertahan lebih baik dibandingkan saham, banyak investor kini bersikap hati-hati. Analis memperingatkan bahwa latar belakang makroekonomi—termasuk risiko resesi dan gejolak geopolitik—dapat menjadi ujian besar bagi narasi “Bitcoin sebagai lindung nilai.”
Namun sejarah mencatat, kinerja buruk di awal tahun tidak selalu berarti akhir yang buruk. Dalam setengah dari tahun-tahun ketika BTC memulai tahun dengan penurunan, harga justru berhasil bangkit dan mencetak keuntungan signifikan.
Kuartal pertama 2025 menjadi cerminan betapa sensitifnya pasar kripto terhadap dinamika global. Meski Bitcoin mencatat awal tahun yang suram, belum ada kepastian apakah ini pertanda koreksi jangka panjang atau hanya turbulensi sementara. Dengan ketidakpastian yang masih tinggi, investor disarankan tetap waspada, namun tidak panik—karena dalam dunia kripto, segala kemungkinan masih terbuka.